Kurang Energi Kronik

1.      Pengertian
a. Kurang Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun (Depkes RI, 2012).
b. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23 cm="">
c.       KEK adalah kekurangan energi kronis yang memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan KEK jika Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm (Superagus, 2011).
  1. Etiologi
Ibu hamil KEK mempunyai faktor resiko kesakitan yang lebih besar, terutama pada trisemester III kehamilan, akibatnya mempunyai resiko lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Selain itu ibu hamil KEK yang telah melalui masa persalinan dengan selamat, akan mengalami pasca salin yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Superagus, 2011).
Untuk mengurangi dampak ibu hamil KEK, maka pemerintah melakukan penapisan ibu resiko KEK yang memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Berat badan ibu sebelum hamil < 42 Kg
b.      Tinggi badan ibu < 145 cm
c.       Berat badan ibu pada trisemester I < 40 Kg
d.      Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,0
e.       Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr%) (Superagus, 2011).
Faktor – faktor yang mempengaruhi KEK yaitu faktor sosial ekonomi dan faktor biologis. Faktor sosial ekonomi terdiri dari pendapatan keluarga, pola konsumsi dan perilaku. Faktor biologis terdiri dari usia ibu hamil, jarak kehamilan, paritas, berat badan selama hamil (Rini, 2011).
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :
a.       Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun) mengakibatkan kualitas janin/ anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Karena pada ibu yang terlalu muda dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik (Rini, 2011).
b.      Jarak Kehamilan
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung (Rini, 2011).
c.       Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
a)    Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
b)  Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
c)     Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun/ kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan (Rini, 2011).
d.      Berat Badan Selama Hamil .
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Rini, 2011).
Proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut:
a)   Kenaikan berat badan trimester I lebih kurang 1 kg. Kenaikan berat badan ini hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.
b)    Kenaikan berat badan trimester II adalah 3 kg atau 0,3 kg/ minggu. Sebesar 60 kenaikan berat badan ini dikarenakan pertumbuhan jaringan pada ibu.
c)  Kenaikan berat badan trimester III adalah 6 kg atau 0,3-0,5 kg/ minggu. Sekitar 60 % kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin. Timbunan lemak pada ibu lebih kurang 3 kg (Kusmiyati, 2009, 83-84).
Pada wanita hamil dengan gizi buruk perlu mendapat gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu atau kualitasnya serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Akibat malnutrisi pada kehamilan yaitu berat otak dan  bagian-bagian otak serta jumlah otak kurang dari normal. Setelah lahir inteligensia (IQ) dibawah rata-rata. Karena adanya malnutrisi pada ibu hamil, volume darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang, ukuran plasenta berkurang dan transfer nutrient melalui plasenta berkurang sehingga janin tumbuh lambat atau terganggu Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Ibu hamil dengan kekurangan gizi cenderung melahirkan prematur atau BBLR. Rata-rata kenaikan berat badan selama hamil adalah 10-20 kg atau 20 % dari berat badan ideal selama hamil.
Penilaian status Gizi selama kehamilan adalah dari :
a.       Berat badan dilihat dari Quatelet atau body mass index ( Indek Masa Tubuh = IMT). Ibu hamil dengan berat badan di bawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan. Indikator penilaian untuk IMT adalah sebagai berikut:
b.      Ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Standar minimal ukuran Lingkar Lengan Atas pada wanita dewasa atau umur reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka interpresentasinya adalah Kurang Energi Kronik (KEK).
c.       Kadar Hemoglobin (HB) (Kusmiyati, 2009, 85).
      Oleh sebab itu, pemeliharaan gizi semasa hamil sangat penting. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharan status gizi ibu yang sedang hamil adalah sebagai berikut:
a.       Pengawasan dan pemantauan pertumbuhan janin.
b.      Pencegahan dini terhadap defisiensi gizi. Berbagai defisiensi gizi sering terjadi semasa kehamilan. Anemia gizi karena kekurangan zat besi (Fe) merupakan jenis defisiensi yang paling banyak terjadi.
c.       Pengaturan makanan semasa hamil
Ada beberapa keadaan yang mengharuskan pengaturan makanan dengan baik semasa hamil yaitu:
a)   Kebutuhan gizi ibu yang meningkat dengan pesat, bukan saja untuk keperluan pertumbuhan janin tetapi juga karena metabolisme meningkat oleh terjadinya perubahan keseimbangan hormonal.
b)      Pada awal kehamilan sering nafsu makan tidak begitu baik karena timbulnya rasa mual dan pusing.
c)     Ibu juga harus memberikan cadangan beberapa jenis zat gizi dalam jumlah yang cukup dalam tubuh bayinya pada waktu bayi baru lahir.
d)   Gizi buruk karena kesalahan dalam pengaturan makanan membawa dampak yang tidak menguntungkan bukan hanya bagi ibu tapi juga bagi bayinya yang akan lahir (Waryana, 2010, 39).
Newer Post Older Post

No comments: "Kurang Energi Kronik"