AKU berdiri di perbatasan Desaku.
Angin sepoi yang berhembus syahdu kini menemaniku.
Kuhirup perlahan udara sejuk sambil memejamkan mata.
Udara yang masih amat terasa segar.
Udara itu menyentuh wajahku yang kini memerah
Aku selalu melakukan hal ini setiap pagi
Seusai menjalankan ibadah sholat shubuh di Mushola mungil di Desaku
Aku berlari kecil mengitari pedesaan
Melewati kebun teh, peternakan sapi perah, peternakan kuda dan tentu saja aku juga melewati Taman Pelangi
Kuhirup perlahan udara sejuk sambil memejamkan mata.
Udara yang masih amat terasa segar.
Udara itu menyentuh wajahku yang kini memerah
Aku selalu melakukan hal ini setiap pagi
Seusai menjalankan ibadah sholat shubuh di Mushola mungil di Desaku
Aku berlari kecil mengitari pedesaan
Melewati kebun teh, peternakan sapi perah, peternakan kuda dan tentu saja aku juga melewati Taman Pelangi
Semua terasa amat menakjubkan bagiku
Awan yang berlari-lari tatkala tertiup hembusan angin nakal
Pepohonan yang menari-nari tatkala menyambut kicauan burung
kecil di pagi hari
Aku sangat mengagumi-Nya, Pencipta alam semesta dan jagat
raya
Dan kini … Aku berdiri di sini …
Di puncak tertinggi perbatasan Desaku dan sebuah kota yang
berada jauh di bawah sana
Namun aku tak begitu peduli akan adanya kota itu
Kota itu hanya indah ketika malam saja
Lampu-lampu itu hanya bangun ketika senja telah kembali
ke peraduannya
Pepohonan yang menari-nari tatkala menyambut kicauan burung
kecil di pagi hari
Aku sangat mengagumi-Nya, Pencipta alam semesta dan jagat
raya
Dan kini … Aku berdiri di sini …
Di puncak tertinggi perbatasan Desaku dan sebuah kota yang
berada jauh di bawah sana
Namun aku tak begitu peduli akan adanya kota itu
Kota itu hanya indah ketika malam saja
Lampu-lampu itu hanya bangun ketika senja telah kembali
ke peraduannya
Bagiku,
Desaku jauh lebih indah dibandingkan dengan kota itu
Pepohonan yang tumbuh tinggi dan berbaris rapi
Kebun teh yang terbentang luas layaknya permadani hijau
Mata air murni yang mengalir dari pegunungan membuat
Desaku memiliki sungai kecil
Alangkah indahnya Desaku
Aku bahagia memilikimu Desaku.
Desaku jauh lebih indah dibandingkan dengan kota itu
Pepohonan yang tumbuh tinggi dan berbaris rapi
Kebun teh yang terbentang luas layaknya permadani hijau
Mata air murni yang mengalir dari pegunungan membuat
Desaku memiliki sungai kecil
Alangkah indahnya Desaku
Aku bahagia memilikimu Desaku.
Penggalan Cerita
Cerita
berlanjut ke mimpi seorang laki-laki. Dalam mimpi itu dia tersesat di sebuah hutan, dia terus berjalan hingga
menemukan sebuah Desa mungil yang tak berpenghuni, cipratan darah di dinding
rumah itu membuatnya ketakutan dan berlari kencang menuju ke arah pegunungan
dan dia melihat sebuah rumah yang besar. Rumah itu bersinar indah sekali
seperti memancarkan kilau permata ketika tertimpa sinar mentari. Namun tiba-tiba
pandangannya tertuju pada sebuah jalan. Laki-laki itu mengikuti jalan setapak
namun ia tiba didepan sebuah pagar tinggi, pagar apa itu bagaimana bisa ada
pagar di hutan ini. Laki-laki itu semakin penasaran, dia akhirnya menemukan
pintu masuk kedalamnya.
Dia terpukau dengan pemandangan yang dilihatnya,
pantulan sinar berwarna-warni indah sekali. Dia terus berjalan taman itu
bagaikan cerita di dalam dongeng, rusa yang berkejaran, burung yang berkicau
merdu Ah syahdu sekali. Apa itu? seperti suara air terjun, laki-laki itu terus
berjalan dan dia membelalakkan mata akan pemandangan yang dilihatnya. Sungai
itu memancarkan sinar cahaya pelangi, indah sekali seumur-umur belum pernah dia
melihat pemandangan yang begitu mengaggumkan itu. Binatang-binatang itu
berkumpul, apa yang mereka lihat ditengah sungai. Laki-laki itu semakin
membelalakkan mata, seorang wanita cantik ada disana sedang bermain ayunan
ditengah sungai dangkal itu. Wanita itu berbadan mungil, kulitnya yang putih
berkilauan bagai mutiara di dasar lautan, matanya yang indah dengan tatapan
yang tajam namun teduh, senyumnya yang menawan ditambah lesung pipi membuat
wanita itu semakin aduhai, bibirnya yang merah dan rambutnya yang panjang dan
lurus dengan poni yang menutupi kening hingga ke mata menambah pesona wanita
itu. Siapakah gerangan wanita yang bagai bidadari itu? Kenapa dia sendirian di hutan
misterius ini? Sungguh . . . baru kali ini aku melihat wanita seperti dia. Maha
suci Engkau yang menciptakannya Ya Allah. Andai aku bisa bertemu dengan dirinya
bidadari yang telah melumpuhkan hati ini.
Penasaran kelanjutan ceritanya segera pesan bukunya sekarang
No comments: "RooseBerry"
Post a Comment